17 August, 2008

Hari Belum Di Mulai

Ini Kisah aku dapat dari seorang sahabatku sendiri..di baca yah..!


Hari Belum Dimulai...
Jarum pendek pada jam dinding mengarah ke angka 2. Masih terlalu gelap dan tiba2 aku terbelalak kaget. Istriku,Ryan tengah menahan rasa sakit diperutnya. Geriginya saling beradu, sesekali gigi atasnya menangkap gigi bawah untuk mencoba menghilangkan sakit yang tak'akan pernah aku mengerti kadarnya. Sementara aku menyiapkan mobil, ku dengar erangan istriku semakin keras,si kecil didalam perutnya mungkin sudah tak sabar hendak melihat dunia. Nakalnya aku,masih sempat sedikit nyengir karena senang akan segera menjadi seorang Ayah. Terbayang tak lama lagi akan terdengar suara mungil memanggil, " Ayah..."

Ku pacu mobilku secepat mungkin,masih ada 2kilometer lagi rumah sakit bersalin tempat biasa Ryan memeriksakan kandungannya setiap bulan. Semakin cepat roda berputar,semakin cemas perasaanku, terlebih melihat Ryan yang mulai melemah. Tak lagi terdengar erangan dari mulutnya,yang ada hanya desahan buangan nafas dengan sedikit tersengal. Kuyakinkan dia untuk sedikit bersabar, " Tinggal Dua kelok lagi,dik.."

Sesaat sebelum turun, di luar halaman depan rumah sakit kubopong Ryan menuju ruang tengah rumah sakit. Beberapa detik sebelum para suster menyodorkan tempat tidur beroda untuk Ryan, sempat Ryan membisikkan sesuatu...Tak terasa sebulir air mata mengalir dari sudut mataku..

Bagaimana mungkin, disaat kritis dan tengah menahan sakit yang teramat seperti itu,ia masih sempat memikirkan kebahagiaan suaminya jika Tuhan berkehendak lain atas sebuah ajal. Memang yang kutahu,saat2 seperti ini adalah saat mempertaruhkan hidup dan mati bagi seorang ibu. Tapi bagaimana mungkin Ryan masih bisa membagi ruang dalam pikirannya untukku disaat genting seperti ini.

Detik demi detik,menitpun berlau. Tapi masih saja terngiang kata2 Ryan tadi " Mas harus menikah lagi,jika Allah menghendaki ajalku berakhir hari ini...".
Hhhhh...Kuhela nafas panjang. Aku Mengutuk2 diri ini sendirian. Sementara didalam sana Ryann tengah berjuang antara hidup dan mati demi memberikan kebahagiaan berupa sosok malaikat kecil yang sebentar lagi hadir bersama dalam kehidupan kamu, tapi aku masih saja berdiri disini, diruang tunggu ditemani tembok putih yang mambisu.

Kududuk sejenak, tak sengaja pikiranku melayang. Terbayang wajah Ryan yang cantik. 2 tahun menikah, tak terasa sebentar lagi aku akan menjadi seorang ayah. Berati juga, bukan hanya satu kecupan yang akan menyemangatiku sebelum berangkat kerja,tetapi akan ada satu lagi kecupan dari bibir mungil malaikat kecilku. Kecupan..ya,satu kecupan dipagi hari yang memberikan energi luar biasa setiap kali memulai hari dengan rutinitas kantor dan satu kecupan hangat menyambut didepan pintu sepulang kerja, yang membasuh semua peluh yang menghilangkan segala letih dan kepenatan. Kecupan...

Sedetik kemudian...Aku berlari membuka pintu ruangan persalinan. Kulihat Ryan masih terus berusaha mengatur nafasnya. Tak percaya aku seberani ini,padahal sebelumnya sudah kuyakini aku tak'kan sanggup menemaninya bersalin. Aku tak kuasa melihat Ryan menderita,bahkan sudah terbayang dibenakku sejak bulan2 terakhir menjelang persalinan ini,sesuatu yang terpahit yang tidak ingin terjadi pada Ryan,termasuk anakku.

Tetapi dimenjelang pagi ini, kudekati Ryan dan kugenggam tangannya dengan erat. Kurasakan jemarinya seperti baru saja menemukan pegangan kuat setelah sebelumnya menggapai2 hampir terlelap dalam lautan peluh. Dan sesaat kemudian,kecupan hangat dariku mendarat dikeningnya,menyingkirkan semua peluhnya. Mataku terpejam sementara bibirku terus bertengger dikening basahnya. Terlintas energi dasyat yang selama ini dialirkan oleh Ryan sebelum aku berangkat kerja. Kali ini aku berharap energi itu bisa diperoleh dari hangat bibirku dikeningnya...

Akhirnya, di iringi sekuat do'a...
Sebuah tangisan yang kurindu sekian bulan lamanya terdengar. Yang pasti, Kulihat juga senyum Ryan menyambut kehadiran malaikat kecil kami itu. Terima kasih ya Allah. Kupercaya, engkau turut adil sewaktu energi kecupan itu kualiri kepadanya. karena juga,Aku masih selalu ingin mendapatkan energi itu esok hari,bukan cuma satu kecupan,ditambah kecupan mungil itu.


No comments: